Senin, 17 Agustus 2015

Surat Terbuka untuk Alumni dan Santri/Wati Darur Rahman


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ  وبَرَكاَتُهُ                                                                                                            
Ikhwani wa akhwati fillah, kaif hal? “Asaa yarhamukumulloh”
Jauh-jauh saya meminta ma’af yang sebesar-besarnya karena saya sudah lancang menulis ini. Saya sudah lama menunggu ada orang yang memulai, tapi tak kunjung jua muncul. Jadi saya putuskan untuk memulainya. Saya memang tidak ada hak untuk menasehati, karena saya tahu kalau saya bukan orang yang bersih, dan juga bukan orang yang shaleh. Bukankah “undzur maa Qola, wa la tandzur man Qola”. Qur’an Surah Al-‘Ashr: 3 juga berpesan “Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran!”
        Para alumni dan santri/wati yang terhormat!
Sebagai salah satu alumnus Darur Rahman, saya merasa malu dan risih melihat keadaan kita sekarang. Kita yang dulu lugu, sopan, dan lebih banyak menutup diri. Sekarang berubah berantakan, hancur tak karuan.
          Ukhti! Dulu kalian sangat anggun dan terhormat di mata kami kaum Adam. Hijab kalian sangat rapi, kalian lebih banyak menunduk kalau bertatap muka dengan kami. Pukul 06.30, dari kejauhan kami lihat kalian sudah berangkat sekolah, kalian berpakaian putih bersih berjalan hingga membentuk barisan panjang yang masing-masing dengan kitab-kitab tebal kalian, tak lupa juga dengan Al-Qur’an kecil di depan kitab. Jika sedikit saja tersingkap betis kalian di sekolah, itu akan menjadi trending topic kami kaum Adam di asrama. Wahhh... itu karena sulit bagi kami untuk mendapat celah dari aurat kalian, sehingga kain kalian yang tersingkap sedikit itu jadi bahasan kami berhari-hari. Hijab kalian sangat tertutup. Kami sangat mengagumi itu ukhti, tapi sekarang jujur saya pribadi benar-benar sangat kecewa. Kenapa 6 tahun itu tidak berbekas di hati kalian, kenapa 6 tahun itu tak mampu membentuk pribadi muslimah yang sesungguhnya. Jangankan untuk mengenakan hijab panjang dan tebal, sekarang banyak saya lihat yang tidak pakai hijab. Seringkali saya lihat kalian di Pasar dan di tempat umum, banyak di antara kalian yang tidak menutup kepala sedikitpun. Kalian tidak puas sampai di situ, kalian malah tidak malu meng-upload foto-foto yang tidak benar itu ke publik. Innalillah....  Saya juga sering upload foto, tapi tidaklah separah itu. Yang parah itu kalau saya upload foto dengan berjilbab. Bodohhhh... hahahahaha. Tidak perlu lagi saya beritahu hukumnya, tentu kalian lebih paham dengan itu. Tafsir Jalalain dan Al-Baijuri 500 lembar yang kalian bawa setiap hari itu rasanya cukup detail membahasnya. Ehh,,, mana tahu khilaf ya ukhti, dengan tanpa ada niat sok menggurui kalian, mari kita buka lagi Qur’an kita surah Al-Ahzab:59:

     Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat yang lain juga bicara QS An-Nuur : 31:

 Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya.
     Ukhti! Penutup kepala dan hijab itu berbeda arti ukhti. Tolong dibedakan ya!
Ukhti! Menutup aurat dan menutup kulit itu juga berbeda ukhti! Ada orang yang menutup kulit tapi tidak menutup aurat. Perhatikan lekukan tubuhmu, itu jadi syetan bagi kami. Ahhh,,, tabu rasanya bicara tentang itu. Kalian pasti lebih mahir. Masih banyak kalamullah yang lain! Silahkan merujuk ke QS Al-A’raf : 26., Al-Ahzab: 33 dan 36.
   Ukhti! Aurat yang diumbar itu tidak hanya menambah dosa bagi kalian, saya juga ikut berdosa ukhti, dan bagaimana dengan  ribuan pasang mata lainnya. Belum lagi bagi yang sudah punya pasangan alias pacar, sering saya lihat foto mesra kalian. Itu lebih parah lagi ukhti. Kalian secara terang-terangan bermesraan di publik buat apa coba? Biar orang tahu kalau cowok kalian ganteng, cantik dan mapan begitu? Ohhh,,, tak perlu ukhti, nanti kalau sudah walimahan baru sebarkan undangannya. Ellehhh...bilang aja kalau kamu gak punya pacar Zul! Apa? Siapa bilang saya gak punya pacar. Saya punya pacar kok, tapi saya belum kenal pacar saya itu. Lol.... hahaha. Saya serius lho. Nanti jikalaupun saya punya pujaan hati, In sya Allah akan biasa saja, atau seringkali saya kiaskan tanpa menyebut nama, pakailah ilmu Mantiq dan Balaghohnya. Kalaupun mau upload foto dengan si dia, silahkan diupload yang bagus dan pilih yang lebih sopan. Tapi itu semua tetap saja “HARAM”. Menjaga diri tentu jauh lebih baik. Ini saya juga lagi berusaha hijrah. Masih ingatkah akhi/ukhti, dulu ketika di pondok kalau ada yang ketahuan pacaran hukumannya berat, mulai dari pembacaan surat di Masjid dengan microphone, skorsing sampai pemberhentian secara tidak hormat. Silahkan bangga dengan pacarmu! Tapi tolong jangan rusak moral pondok kita.
Ukhti! Saya tahu kita sangat menjunjung keramah tamahan. Tapi jangan keramah tamahan itu menyeret kita ke Neraka. Jangan ringankan tanganmu untuk menyalam lelaki yang bukan mahrammu. Jangan ulurkan tanganmu kepada kami ukhti! Saya sulit menolaknya, saya paling sulit menolak tangan halus wanita. Saya takut kalian tersinggung. Ellehhh... pasti dalam pikiran kita “sok suci”. Tidak ukhti, hilangkan kata “soknya”, itu memang “SUCI” ukhti. Kata ustadz Mukti “Jangan kebiasaan itu dianggap benar, tapi yang benar itu yang dibiasakan”.
            Akhi! Bagaimana Shalatnya? Absen setiap shalat selama 6 tahun itu semoga berbekas di hati kita semua. Dulu, jangankan shalat wajib, shalat sunah rawatib, tahajjud dan Dhuha seringkali kita laksanakan. Sekarang bagaimana? Puasa Ramadhan kemarin seperti apa akhi? Dulu puasa Ramadhan itu mah biasa, kita dulu merasa sangat malu jika tidak puasa senin kamis. Bagaimana hafalan qur’annya akhi? Mungkin kalian sudah khatam ya akhi. Saya tidak pernah jumpai komunitas penghafal Qur’an seperti kalian di sini.   
            Akhi/Ukhti calon penghuni Firdaus yang saya banggakan! Saya beberapa kali ke pondok kita akhir-akhir ini. Apa yang saya temukan adalah kemerosotan dan kemunduran. Ini mungkin tidak mutlak kebenarannya. Ini pemandangan pribadi yang saya peroleh dari sana. Silahkan berkunjung ke pondok, tanyakan berapa orang yang berniat ikhlas masuk pondok kita.  Silahkan tanya berapa orang yang lancar bahasa Arab Inggris di sana. Tanyakan berapa Juz yang sudah dihafal mereka. Saya tidak bisa katakan di sini. Silahkan dicek sendiri ke sana.
Dulu, sekolah kita itu kewalahan menampung siswa baru. Sekolah kita jauh mengungguli sekolah-sekolah negeri saat itu. Sedikit cerita, dulu ketika kita ikut lomba di Medan, Tanjung Balai Asahan dan Kota Padangsidimpuan, ada banyak orang yang mengagumi pondok kita mulai dari peserta lomba dan orang-orang besar di Pemerintahan juga sering memuji pondok itu lewat telinga saya. Oo dari Darur Rahman ya dek, ya wajarlah. Bangganya saya luar biasa waktu itu. Bahkan ya, ada banyak orang yang ingin pindah ke pondok Darur Rahman karena prestasi kita di sana. Buya pimpinan juga pernah mengatakan kalau pondok kita akan dijadikan Pondok percontohan se-Tapanuli selatan oleh Bupati, hari itu kita belum mekar. Tapanuli Selatan masih meliputi “Tapanuli Selatan sekarang, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, dan Kota PadangSidempuan”. Lebih lanjut lagi, tahun 2008, saya ngotot untuk pindah ke MAN 2 Model Padangsidempuan, kemudian ada guru yang bilang “Bukannya sekolahmu lebih bagus dibanding MAN 2 Model?”. Rasanya ngekkkkk di dada saya mendengar itu. Sepintas memang agak rancu, tapi kalau saudara/i masih ingat suasana pondok kita tahun 2007, mungkin apa kata guru itu ada juga benarnya. Disiplin dan kualitas pendidikan sangatlah kita junjung. Nama Darur Rahman selalu diagung-agungkan diseantero Sumatera Utara bagian selatan. Tapi sayang sekali itu cerita dulu. Sekarang????????? I can’t say the truth.
Saya tidak mau dituntut oleh Yayasan karena tulisan ini. Saya gak mau dikatakan menjelek-jelekkan pondok, karena pondok kita tidak jelek. Kitanya yang “JELEK”. Sikap dan prilaku alumni mungkin menjadi salah satu faktornya. Pasti akhi/ukhti paham maksud saya. Kita cerminan pondok kita akhi/ukhti. Banyak wali murid yang mengurungkan niatnya untuk menyekolahkan anak-anak mereka lantaran sikap kita para alumni. Saya menulis ini karena saya cinta dengan pondok saya. Darur Rahman Foundation (Yayasan Darur Rahman) namanya kala itu, sekarang apa ya? Aduuhhh..., katanya cinta tapi kok gak tahu. Namanya LPI-Gunung Selamat. *(tolong dikoreksi bagi yang tahu).   
     Di samping itu semua, hal lain yang mau saya sampaikan di sini adalah tentang “Ikatan alumni kita”. Saya sangat iri dengan ikatan alumni pondok pesantren yang lain. Ikatan mereka sangat kuat. Saling membantu satu sama lain. Kita bagaimana? Kita terapung dan tenggelam tak jelas. Alumni kita bertebaran dari ujung Sumatera sampai ntah kemana-mana. Bahkan ada beberapa di antara kita yang tinggal di luar negeri. Bagi yang bisa dan yang mau, tolong galakkan lagi ikatan kita. Untuk reuni saja kita tak bisa taja syawal kemarin. Parah sudah. Padahal sudah banyak  alumni kita yang bekerja di Pemerintahan. “Jangan bicara saja bisanya Zul!” Kamu mana kontribusinya? Hehe Jujur, saya memang tak sebijak kalian abang, kakak. Saya lebih sering main di belakang layar. Lagian saya lebih lama bertengger di negeri seberang. Tolonglah alumni yang berdomisili di sekitar pondok. Harapan kami bertumpu pada kalian. Kami ini siap mendukung dari sini, dan pasti setuju-setuju saja, karena kami yakin dengan kebijakan kalian pastilah untuk kemaslahatan pondok kita.
Akhi/ukhti! Padang Lawas dan muslim sekitarnya belumlah terhitung lama usianya. Kita baru saja menjadi Muslim. Kenapa kita terlelap sampai di sini? Kita memang harus bangga terlahir sebagai Muslim, tapi tolong jangan bangga menjadi Islam keturunan. Berbuatlah apa saja yang berguna untuk Agama kita. Jangan anggap hijab itu sekedar kewajiban, itu juga identitas dan syi’ar agama kita. Please! Pakailah jilbabmu kembali ukhti!!!!!!!!!!!
            Akhi/ukhti al-mahbubun! Setiap kita pasti pernah khilaf dan itu sebuah sifat yang melekat bagi hamba Tuhan yang baharu. Mari sama-sama muhasabah diri, saling mengingatkan, dan senantiasa hijrah ke Jalan-Nya yang lurus. Tolong tegur saya jikalau terlalu melenceng dari jalan-Nya. Tolong tegur ketika saya mulai rabun dengan yang Haqq. Bagi saya tidak ada kenangan terindah dibanding Penjara Suci Darur Rahman,
Penjara yang sudah sibuk sejak pukul 04.30 WIB,
Penjara yang berpagar otomatis pukul 07.15 WIB sudah tertutup rapat,
Penjara yang mencetak pengahafal Al-Qur’an,
Penjara yang liburnya hari Jum’at bukan hari Minggu,
Penjara yang penghuninya memakai bahasa Surga (Arab),
Penjara yang penghuninya memakai bahasa Internasional (English),
Penjara yang mengajarkan kita arti persaudaraan, 
Penjara yang jerujinya terbuat dari pecahan kaca keislaman,
Penjara yang dikelilingi sungai Aek Rappa,
Penjara yang  panen rambutan di akhir tahun,
Penjara yang  panen mangga sekali tiga bulan,
Penjara yang  punya posko kecil di tengah,
Penjara yang  punya pohon Hatopul yang menyimpan sejuta kenangan,
Penjara yang  punya Masjid berdinding tak sempurna,
Penjara yang  punya turunan licin di belakang Masjidnya,
Penjara yang punya jurang curam di sudut Timur,
Ah.... banyak betul kenangan di dalamnya.
        Terakhir sekali, mari sama-sama kita bangkitkan ruh Pondok kita yang dulu. Kalau bukan kita, siapa lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Afwan minkum.

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ  وبَرَكاَتُهُ.

                                                                                                Kota Bertuah, 17 Agustus 2015

                                                                                                             
                                                                                                    Alumnus Darur Rahman
                                                                                                                        ZKS     




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(A)B,C,D. (Allexyndary) Betaemeis, Calvicentura & Damixoverty

Apa kabar? Semoga tetap dalam limpahan rahmat-Nya. Beberapa waktu lalu saya diminta untuk menghapus tulisan di media sosial d...