السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وبَرَكاَتُهُ
Ikhwani wa akhwati fillah, kaif hal? “Asaa yarhamukumulloh”
Jauh-jauh saya
meminta ma’af yang sebesar-besarnya karena saya sudah lancang menulis ini. Saya
sudah lama menunggu ada orang yang memulai, tapi tak kunjung jua muncul. Jadi
saya putuskan untuk memulainya. Saya memang tidak ada hak untuk menasehati,
karena saya tahu kalau saya bukan orang yang bersih, dan juga bukan orang yang
shaleh. Bukankah “undzur maa Qola, wa la tandzur man Qola”. Qur’an Surah
Al-‘Ashr: 3 juga berpesan “Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran!”
Para alumni dan
santri/wati yang terhormat!
Sebagai salah satu alumnus Darur Rahman, saya merasa malu dan risih
melihat keadaan kita sekarang. Kita yang dulu lugu, sopan, dan lebih banyak
menutup diri. Sekarang berubah berantakan, hancur tak karuan.
Ukhti! Dulu kalian
sangat anggun dan terhormat di mata kami kaum Adam. Hijab kalian sangat rapi,
kalian lebih banyak menunduk kalau bertatap muka dengan kami. Pukul 06.30, dari
kejauhan kami lihat kalian sudah berangkat sekolah, kalian berpakaian putih
bersih berjalan hingga membentuk barisan panjang yang masing-masing dengan
kitab-kitab tebal kalian, tak lupa juga dengan Al-Qur’an kecil di depan kitab. Jika
sedikit saja tersingkap betis kalian di sekolah, itu akan menjadi trending
topic kami kaum Adam di asrama. Wahhh... itu karena sulit bagi kami untuk
mendapat celah dari aurat kalian, sehingga kain kalian yang tersingkap sedikit
itu jadi bahasan kami berhari-hari. Hijab kalian sangat tertutup. Kami sangat
mengagumi itu ukhti, tapi sekarang jujur saya pribadi benar-benar sangat
kecewa. Kenapa 6 tahun itu tidak berbekas di hati kalian, kenapa 6 tahun itu
tak mampu membentuk pribadi muslimah yang sesungguhnya. Jangankan untuk
mengenakan hijab panjang dan tebal, sekarang banyak saya lihat yang tidak pakai
hijab. Seringkali saya lihat kalian di Pasar dan di tempat umum, banyak di
antara kalian yang tidak menutup kepala sedikitpun. Kalian tidak puas sampai di
situ, kalian malah tidak malu meng-upload foto-foto yang tidak benar itu ke
publik. Innalillah.... Saya juga sering
upload foto, tapi tidaklah separah itu. Yang parah itu kalau saya upload foto
dengan berjilbab. Bodohhhh... hahahahaha. Tidak perlu lagi saya beritahu
hukumnya, tentu kalian lebih paham dengan itu. Tafsir Jalalain dan Al-Baijuri
500 lembar yang kalian bawa setiap hari itu rasanya cukup detail membahasnya. Ehh,,,
mana tahu khilaf ya ukhti, dengan tanpa ada niat sok menggurui kalian, mari kita
buka lagi Qur’an kita surah Al-Ahzab:59:
Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu,
anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ayat yang lain juga bicara QS An-Nuur : 31:
Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya.
Ukhti! Penutup
kepala dan hijab itu berbeda arti ukhti. Tolong dibedakan ya!
Ukhti! Menutup
aurat dan menutup kulit itu juga berbeda ukhti! Ada orang yang menutup kulit
tapi tidak menutup aurat. Perhatikan lekukan tubuhmu, itu jadi syetan bagi
kami. Ahhh,,, tabu rasanya bicara tentang itu. Kalian pasti lebih mahir. Masih
banyak kalamullah yang lain! Silahkan merujuk ke QS Al-A’raf : 26., Al-Ahzab:
33 dan 36.
Ukhti! Aurat
yang diumbar itu tidak hanya menambah dosa bagi kalian, saya juga ikut berdosa
ukhti, dan bagaimana dengan ribuan
pasang mata lainnya. Belum lagi bagi yang sudah punya pasangan alias pacar,
sering saya lihat foto mesra kalian. Itu lebih parah lagi ukhti. Kalian secara
terang-terangan bermesraan di publik buat apa coba? Biar orang tahu kalau cowok
kalian ganteng, cantik dan mapan begitu? Ohhh,,, tak perlu ukhti, nanti kalau
sudah walimahan baru sebarkan undangannya. Ellehhh...bilang aja kalau kamu gak
punya pacar Zul! Apa? Siapa bilang saya gak punya pacar. Saya punya pacar kok,
tapi saya belum kenal pacar saya itu. Lol.... hahaha. Saya serius lho. Nanti
jikalaupun saya punya pujaan hati, In sya Allah akan biasa saja, atau
seringkali saya kiaskan tanpa menyebut nama, pakailah ilmu Mantiq dan
Balaghohnya. Kalaupun mau upload foto dengan si dia, silahkan diupload yang
bagus dan pilih yang lebih sopan. Tapi itu semua tetap saja “HARAM”.
Menjaga diri tentu jauh lebih baik. Ini saya juga lagi berusaha hijrah. Masih
ingatkah akhi/ukhti, dulu ketika di pondok kalau ada yang ketahuan pacaran
hukumannya berat, mulai dari pembacaan surat di Masjid dengan microphone,
skorsing sampai pemberhentian secara tidak hormat. Silahkan bangga dengan
pacarmu! Tapi tolong jangan rusak moral pondok kita.
Ukhti! Saya
tahu kita sangat menjunjung keramah tamahan. Tapi jangan keramah tamahan itu
menyeret kita ke Neraka. Jangan ringankan tanganmu untuk menyalam lelaki yang
bukan mahrammu. Jangan ulurkan tanganmu kepada kami ukhti! Saya sulit
menolaknya, saya paling sulit menolak tangan halus wanita. Saya takut kalian
tersinggung. Ellehhh... pasti dalam pikiran kita “sok suci”. Tidak ukhti,
hilangkan kata “soknya”, itu memang “SUCI” ukhti. Kata ustadz Mukti “Jangan
kebiasaan itu dianggap benar, tapi yang benar itu yang dibiasakan”.
Akhi! Bagaimana
Shalatnya? Absen setiap shalat selama 6 tahun itu semoga berbekas di hati kita
semua. Dulu, jangankan shalat wajib, shalat sunah rawatib, tahajjud dan Dhuha
seringkali kita laksanakan. Sekarang bagaimana? Puasa Ramadhan kemarin seperti
apa akhi? Dulu puasa Ramadhan itu mah biasa, kita dulu merasa sangat malu jika
tidak puasa senin kamis. Bagaimana hafalan qur’annya akhi? Mungkin kalian sudah
khatam ya akhi. Saya tidak pernah jumpai komunitas penghafal Qur’an seperti
kalian di sini.
Akhi/Ukhti calon
penghuni Firdaus yang saya banggakan! Saya beberapa kali ke pondok kita
akhir-akhir ini. Apa yang saya temukan adalah kemerosotan dan kemunduran. Ini
mungkin tidak mutlak kebenarannya. Ini pemandangan pribadi yang saya peroleh
dari sana. Silahkan berkunjung ke pondok, tanyakan berapa orang yang berniat
ikhlas masuk pondok kita. Silahkan tanya
berapa orang yang lancar bahasa Arab Inggris di sana. Tanyakan berapa Juz yang
sudah dihafal mereka. Saya tidak bisa katakan di sini. Silahkan dicek sendiri
ke sana.
Dulu, sekolah
kita itu kewalahan menampung siswa baru. Sekolah kita jauh mengungguli
sekolah-sekolah negeri saat itu. Sedikit cerita, dulu ketika kita ikut lomba di
Medan, Tanjung Balai Asahan dan Kota Padangsidimpuan, ada banyak orang yang
mengagumi pondok kita mulai dari peserta lomba dan orang-orang besar di
Pemerintahan juga sering memuji pondok itu lewat telinga saya. Oo dari Darur
Rahman ya dek, ya wajarlah. Bangganya saya luar biasa waktu itu. Bahkan ya, ada
banyak orang yang ingin pindah ke pondok Darur Rahman karena prestasi kita di
sana. Buya pimpinan juga pernah mengatakan kalau pondok kita akan dijadikan
Pondok percontohan se-Tapanuli selatan oleh Bupati, hari itu kita belum mekar.
Tapanuli Selatan masih meliputi “Tapanuli Selatan sekarang, Padang Lawas,
Padang Lawas Utara, dan Kota PadangSidempuan”. Lebih lanjut lagi, tahun 2008,
saya ngotot untuk pindah ke MAN 2 Model Padangsidempuan, kemudian ada guru yang
bilang “Bukannya sekolahmu lebih bagus dibanding MAN 2 Model?”. Rasanya
ngekkkkk di dada saya mendengar itu. Sepintas memang agak rancu, tapi kalau
saudara/i masih ingat suasana pondok kita tahun 2007, mungkin apa kata guru itu
ada juga benarnya. Disiplin dan kualitas pendidikan sangatlah kita junjung.
Nama Darur Rahman selalu diagung-agungkan diseantero Sumatera Utara bagian
selatan. Tapi sayang sekali itu cerita dulu. Sekarang????????? I can’t say the
truth.
Saya tidak mau
dituntut oleh Yayasan karena tulisan ini. Saya gak mau dikatakan
menjelek-jelekkan pondok, karena pondok kita tidak jelek. Kitanya yang “JELEK”.
Sikap dan prilaku alumni mungkin menjadi salah satu faktornya. Pasti akhi/ukhti
paham maksud saya. Kita cerminan pondok kita akhi/ukhti. Banyak wali murid yang
mengurungkan niatnya untuk menyekolahkan anak-anak mereka lantaran sikap kita
para alumni. Saya menulis ini karena saya cinta dengan pondok saya. Darur Rahman Foundation (Yayasan Darur
Rahman) namanya kala itu, sekarang apa ya? Aduuhhh..., katanya cinta tapi kok
gak tahu. Namanya LPI-Gunung Selamat.
*(tolong dikoreksi bagi yang tahu).
Di samping itu
semua, hal lain yang mau saya sampaikan di sini adalah tentang “Ikatan alumni
kita”. Saya sangat iri dengan ikatan alumni pondok pesantren yang lain. Ikatan
mereka sangat kuat. Saling membantu satu sama lain. Kita bagaimana? Kita
terapung dan tenggelam tak jelas. Alumni kita bertebaran dari ujung Sumatera
sampai ntah kemana-mana. Bahkan ada beberapa di antara kita yang tinggal di
luar negeri. Bagi yang bisa dan yang mau, tolong galakkan lagi ikatan kita.
Untuk reuni saja kita tak bisa taja syawal kemarin. Parah sudah. Padahal sudah
banyak alumni kita yang bekerja di
Pemerintahan. “Jangan bicara saja bisanya Zul!” Kamu mana kontribusinya? Hehe
Jujur, saya memang tak sebijak kalian abang, kakak. Saya lebih sering main di
belakang layar. Lagian saya lebih lama bertengger di negeri seberang. Tolonglah
alumni yang berdomisili di sekitar pondok. Harapan kami bertumpu pada kalian.
Kami ini siap mendukung dari sini, dan pasti setuju-setuju saja, karena kami
yakin dengan kebijakan kalian pastilah untuk kemaslahatan pondok kita.
Akhi/ukhti! Padang
Lawas dan muslim sekitarnya belumlah terhitung lama usianya. Kita baru saja
menjadi Muslim. Kenapa kita terlelap sampai di sini? Kita memang harus bangga
terlahir sebagai Muslim, tapi tolong jangan bangga menjadi Islam keturunan. Berbuatlah
apa saja yang berguna untuk Agama kita. Jangan anggap hijab itu sekedar kewajiban,
itu juga identitas dan syi’ar agama kita. Please! Pakailah jilbabmu kembali
ukhti!!!!!!!!!!!
Akhi/ukhti al-mahbubun!
Setiap kita pasti pernah khilaf dan itu sebuah sifat yang melekat bagi hamba
Tuhan yang baharu. Mari sama-sama muhasabah diri, saling mengingatkan, dan
senantiasa hijrah ke Jalan-Nya yang lurus. Tolong tegur saya jikalau terlalu
melenceng dari jalan-Nya. Tolong tegur ketika saya mulai rabun dengan yang Haqq.
Bagi saya tidak ada kenangan terindah dibanding Penjara Suci Darur Rahman,
Penjara
yang sudah sibuk sejak pukul 04.30 WIB,
Penjara
yang berpagar otomatis pukul 07.15 WIB sudah tertutup rapat,
Penjara
yang mencetak pengahafal Al-Qur’an,
Penjara
yang liburnya hari Jum’at bukan hari Minggu,
Penjara
yang penghuninya memakai bahasa Surga (Arab),
Penjara
yang penghuninya memakai bahasa Internasional (English),
Penjara
yang mengajarkan kita arti persaudaraan,
Penjara
yang jerujinya terbuat dari pecahan kaca keislaman,
Penjara
yang dikelilingi sungai Aek Rappa,
Penjara
yang panen rambutan di akhir tahun,
Penjara
yang panen mangga sekali tiga bulan,
Penjara
yang punya posko kecil di tengah,
Penjara
yang punya pohon Hatopul yang menyimpan
sejuta kenangan,
Penjara
yang punya Masjid berdinding tak
sempurna,
Penjara
yang punya turunan licin di belakang
Masjidnya,
Penjara
yang punya jurang curam di sudut Timur,
Ah....
banyak betul kenangan di dalamnya.
Terakhir sekali, mari
sama-sama kita bangkitkan ruh Pondok kita yang dulu. Kalau bukan kita, siapa
lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Afwan minkum.
والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وبَرَكاَتُهُ.
Kota Bertuah, 17 Agustus 2015
Alumnus Darur Rahman
ZKS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar