Senin, 14 Desember 2015

Calon Istri Saya itu Seorang Katolik


Jika kita lahir di timur dari keluarga islam, maka kita islam.

Jika kita lahir di barat dari keluarga christian, lantas kita christian.

Jika kita lahir di Himalaya dari keluarga budha, terus kita harus jadi bhisksu.

Tidak,,,, Islam is a true belief.

____....____.....______......______






Sore itu sekitar pertengahan Oktober 2015 di Distrik XX Kepulauan Riau. Niat baik hendak mengantarkan kawan kost ke sebuah Gereja tempat ia biasa beribadah setiap minggunya. Kebaktian khusus remaja akan dimulai 28 menit lagi. GPI (Gereja Penyebaran Injil) berwarna aluminium kecoklatan itu semakin akrab di telinga saya satu bulan terakhir, karena hampir setiap minggu saya diminta untuk mengantarnya. Dan saya senang melakukannya karena ia juga kerap kali mengantarkan saya ke masjid Ussisa Alattaqwa setiap Juma’t. Peristiwa sore itu selalu berulang, selalu ada basa-basi di antara kami. Dia mengajukan pertanyaan yang sama “don’t You want to stay for awhile buddy? (Gak mau singgah dulu sebentar kawan?) Jawaban saya juga sama “No, Thanks”. Begitu juga giliran saya diantar ke Masjid Jum’at pukul 11.35. “Hey, don’t you want to see around? (Gak mau tengok-tengok dulu?) “No, Thanks, maybe someday”. (Terimakasih,  lain kali aja) Ada kata somedaynya. Berarti dia mau masuk, tapi nanti. Semoga saja.  

Dia adalah saudara sedarah berbeda keyakinan yang berasal dari tanah yang sama, pinggiran danau vulaknik Toba kab. Toba Samosir, di ujung Sumatera yang sudah jauh dari pelupuk mata. Namanya Joseph Siagian, tapi saya tidak memanggilnya dengan bahasa Ibrani itu. Saya lebih senang memanggilnya dengan nama Yusuf bin Ya’qub.

Kali ini kami tiba lebih awal, pendeta mereka masih dalam perjalanan, sekitar sepuluh menitan lagilah. Dia mengajak saya lagi untuk ikut ibadah sore, kali ini dia lebih serius. Tidak hanya kata-kata, dia sedikit menarik tangan kiri saya. Come with me Dzul! No, thanks, jawabku. Bahasa Inggris fasihnya itu benar-benar menggoda saya. Please dzul! Hey, Noooo.... Agamaku melarang saya berbuat demikian, Muhammad juga tidak pernah mengajarkan, ini kelewat batas Yusuf. Kamu dengar dari luar aja, lagian aku mau menganalin kamu dengan perempuan yang sudah dua bulan ini menaksir kamu. What??? You gotta be kidding me, right? No, she is absolutely curious about you, the way you speak, the way you walk, and the way you wear. Ha? Did she notice those things? (Apa? Kamu pasti bercanda kan? Tidak, dia itu benar-benar penasaran tentang kamu, cara kamu berbicara, berjalan dan berpakaian. Ha? Segitunyakah dia memperhatikan saya?) Kali ini saya keluarkan batak asli yang bersarang di pita suara saya “Na di boto ia luai na Islam au bah? Ahhh nabana ho be bah. (Emang dia gak tahu kalau saya ini Muslim?, kamu ini udah gak benar). Justru karena kamu Islam itu alasan dia suka kamu. Gila brayyyy. Gak-gak, saya mau pulang, text me if you wanna go home. (Sms saya kalau mau pulang). 15 menit sebelum keluar sudah sms saya, biar gak lama nunggunya, jangan kayak minggu kemarin. Tiba-tiba dia mengambil kunci motor dan berbalik arah. Apa-apaan ini, cetusku. Nada keras saya benar-benar keluar. Saya kejar, dan dia semakin mempercepat langkahnya. Dia hendak masuk gereja melalui pintu samping. Aku tarik bajunya dari belakang dan hampir saja sobek. Beberapa orang memperhatikan tingkah kami. Ada yang tertawa dan ada yang melihatnya serius serta merasa aneh. Ok...ok... ini kuncinya tapi tunggu dulu. Dia memanggil seseorang dari dalam gereja “Maria, ini orangnya datang”. Apaan sih? lanjutku. Mukaku mulai memerah dan sedikit salah tingkah. Perempuan itu dengan tenang menyapaku. Hey Zul pake “D”, saya Maria Annisa Sitohang. Dia mengenakan penutup kepala berwarna hitam pekat, namun tidak selebar hijab akhwat di pondok saya dulu. Hey juga, ehhh saya Zul Siregar. Ehhh kok pakai “D” segala, Maria. Kata Joseph kamu gerah di barisan abjad terakhir, makanya nama “Dzul” memang cocok untuk kamu. Jangan salam ya Maria!, gerutu Joseph. Gak akan kok, saya tahu Muslim macam dia ini gak akan menerima tangan dari wanita, apalagi wanita yang bukan Muslimah. Ehh,,, kalian ini ngomong apaan sih? Yuk,, kita duduk di sudut sana aja, lanjutku. Cieeee.... belum apa-apa aja udah ngajak berduaan, Joseph nyeleneh. Ohhh Tuhan! Kenapa ada makhluk seusil Joseph Tuhan? I also invite you, annoyying. Hahaha kalau saya gak mau gimana? Hurry up! Lalu kami duduk di di pinggiran parkiran motor. Perempuan nashrani berkerudung itu memulai percakapan.

Maria         : Dzul udah lama jadi Muslim?
Me             : Sejak aqil baligh Maria.

Maria         : ohh... Jadi waktu anak-anak belum Islam ya?

Me             : Bukan begitu, setiap manusia yang belum dewasa  semuanya muslim, muslim itu    artinya patuh. Islam atau bukan, jika meninggal sebelum usia baligh, kesemuanya akan masuk surga. Begitu dalam ajaran kami. Jadi saya bersaksi dalam keadaan sadar itu baru pada usia 15 tahun.

Maria         : gak paham lah.

Joseph       : Dalam Islam itu perhitugan amal baru dimulai sejak dewasa, Maria.

Me             : ya, that what I mean.

                  Pendeta mereka datang (go there! He’s coming)

Maria         : Besok sore saya datang ke rumah kalian ya Dzul.

Joseph       : Melirik saya sambil tersenyum. Jangan panik gitulah Dzul!

Me             : Rumah? Kami gak punya rumah.

Maria         : iya kost, atau apalah terserah.

Me             : Mmmmm.... bukan begitu. Maksud saya, ma’af Maria saya bukannya gak mau. Besok saya ada ngajar sampai siang, terus sorenya saya juga ada jam ngajar di kelas Penerbangan di kampus dekat kawasan Muka Kuning.

Maria         : ha? Dosen juga kawanmu ini Joseph?

Joseph       : ehhh baru tahu. Ya iyalah, bentar lagi master kawan saya ini.

Me             : bukan,,, saya cuma ngajar bahasa Inggrisnya aja. Yang saya ajar itu jurusan  Penerbangan, bukan jurusan Bahasa Inggris.

Maria         : ya sama ja, tetap aja namanya dosen kan?

Joseph       : di SMP dia ngajar Bahasa Arab, di SD di ngajar Qur’an, di SMK ngajar English, malam-malam kadang ngajar les lagi, muridnya pekerja semua. Pasti dibayar mahal dong (sambil mengempaskan tangannya ke saya).

Me             : Iya ok. Kerja saya banyak. Duitnya juga banyak, koin semua. Sana-sana kalian!

Maria         : Jadi gimana? Malamnya saya datang ya.

Me             : aduhhh... gimana ya? Tolong sampaikan seph!

Joseph       : Grogi lagi, bilang ja. Tamu wanita cantik kok ditolak sih. Hehe begini, si Zul itu gak biasa nerima tamu cewek, apalagi malam-malam Maria.

Maria         : Ya udah, aku ajak abang aku nanti, bereskan. Gak pa pa ya, banyak hal yang mau saya tanyakan.

Me             : hmmm iya deh. 07.30 P.M. Siapkan snacknya Yusuf!

Maria         : Sure. Jangan, saya bawa makanan nanti. Saya gak mau nyusahin kalian. See you then.

Me             : (saya tersenyum sumringah)

Subhanallah, saya sangat mengagumi karya Tuhan yang tadi. Padahal sejatinya saya itu sangat sulit sekali jatuh hati pada wanita terlebih setelah putus dengan  perempuan berdarah Bogor dua tahun silam. Enyahlah mimpi itu.

Senin pagi buta sebelum shubuh, si Joseph sudah beribadah dulun dari saya. Saya selalu lupa menanyakan ibadah apa yang dia laksanakan di pagi sedini itu. Hanya satu lagu rohani yang saya hafal. Habis shubuh saya masih ngantuk, kurebahkan badan di tikar usang di sudut ruang tengah. Ehh nyatanya tertidur lagi. Wake up buddy! Jari kaki kiri saya diinjak Joseph dengan keras. Aku buru-buru mandi dan berangkat menuju sekolah. Tidak tahu ini sudah pukul berapa. Bus karyawan yang biasa mangkal di halte dekat  perempatan pertama sudah tidak saya temui lagi. Itu artinya saya sudah terlambat 10 menit. Kemudian sedikit aku cepatkan laju motor butut saya itu. Dan lagi-lagi papan iklan di dekat pusat perbelanjaan juga sudah tidak mengeluarkan cahaya karena listriknya sudah dimatikan. Ahhh,,, sudah terlambat 20 menit pikirku lagi. Alhasil sampai di checklock, absen saya sudah bertinta merah. Ahhhh... gila. Pegawai baru sudah berani terlambat  kerja. Siap-siap saja gaji bulan depan dipotong. Baharunglah kata orang Banjar.

Istirahat kedua berbunyi, seorang anak lucu ganteng berkulit hitam tersenyum menghampiri saya. Apa Aqil? tanyaku. Mau setor hafalan pak. Sini duduk samping bapak. Surat apa sekarang bang? An-Nazi’at pak. A’udzu billahi minas syaitonir rajim. Dia melanjutkan hafalannya sampai akhir. Fasih betul bacaannya. Saya hafal An_Naziat itu ketika duduk di kelas 1 MTS. Dia baru kelas 3 SD sudah fasih. Barokalloh.

Selesai sudah tugas hari ini. Decak kagum bercampur deg degan semakin tak terkendali sambung menyambung di seluruh saraf otak saya. 2 jam lagi aku akan bertemu dengan Maria, Nashrani berkerudung hitam itu. Aku selesaikan kewajibanku kepada Allah, 4 rakaat ketika syafak merah muncul di langit Batam. She will not come buddy,  Joseph berceloteh dari dalam kamarnya. Ya wess.... Gak mengharap juga keless. Iuhhhhh... sambungnya kembali.

Tok.. tok... Assalamu alaikum. Wa’alaikum salam, jawabku. Joseph membukakan pintu depan. Annisa’s coming. Annisa siapa yusuf? Maria Annisa. Lho Maria, kok pakai salam segala sih. Gak boleh ya? Iya, gak boleh. Itu salamnya islam, dan saya haram menjawab salam itu. Iyalah, gak akan saya ulangi lagi besok-besok. Ini abang saya, namanya Samuel. Saya salam abangnya. Mari duduk, lanjutku. Dia bawa makanan banyak sekali. Ini apaan, banyak betul. Kan kita belum makan juga, teriak Joseph. Ahhh,,, dasar anak kost kelaparan hahaha, aku lanjutkan.

Oh iya, namanya kok Maria Annisa? Itu memang nama asli atau gimana? Iya, itu nama asli saya. Annisa itu pemberian nenek saya di Tanjung Pinang. Kenapa? Heran aja, jawabku. “Annisa itu kan artinya perempuan, jadi Islam atau nonislam syah-syah saja kan pakai nama itu” sambung Maria. Hmmm,,, iya juga sih, lanjutku.

Saya merokok boleh, Dzul? Boleh aja bang. Diluar ja bang, lanjut Maria. Samuel keluar kost, tinggal aku dan Maria. Joseph juga sibuk mempersiapkan piring di dapur kecil kami untuk tempat makanan tadi. Maria, saya boleh tanya duluan. Boleh, tutur Maria. Kenapa kamu pakai kerudung? Hehe saya tanya balik ya, pernah tidak dzul melihat gambar Bunda Maria tidak memakai kerudung? Oh,, saya tidak begitu memperhatikan itu memang. Tapi setahu saya, bunda Maria memang identik dengan kerudung putihnya. Itu dia, saya mau meniru Bunda Maria dzul, (sambil menundukkan kepalanya). Alkitab juga mengharuskan ummat nashrani mengenakan Jilbab, hanya saja hanya sedikit sekali yang mau memahami hukum yang satu ini. Dia mengambil kitab dari dalam tas hitamnya lalu membaca Pasal Korintus 11:5-13 bunyinya seperti ini: Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak berkerudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka HARUSLAH IA MENUDUNGI KEPALANYA. Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki. Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki. Sebab itu, PEREMPUAN HARUS MEMAKAI TANDA WIBAWA DI KEPALANYA oleh karena para malaikat. Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah. Pertimbangkanlah sendiri: PATUTKAH PEREMPUAN BERDOA KEPADA ALLAH DENGAN KEPALA TIDAK BERKERUDUNG?

Itulah alasan saya untuk mengenakan jilbab ini. Saya diajarkan oleh para biarawati di GPI. Dan saya akan marah kalau hak saya ini dilarang oleh orang lain, termasuk kamu. Saya mohon jangan larang saya dzul pakai kain hitam ini. Ini bukan identitas Muslimah saja, ini juga identitas ketaatan kepada Tuhan kami. Gak, saya bukan melarang. Maaf ya, saya tidak ada maksud menyinggung kamu.

Dia kembali tersenyum lebar. Joseph datang dengan celana potongnya. Silahkan dimakan, maaf cuma ini yang bisa kami sediakan. Malulah sedikit Seph, ini semua bawaan Maria. Klaim punya sendiri. Ahh kamu ini gak bisa basa basi dzul! Dasar batak KW. Apa hubungannya,  tuturku. Orang batak itu cool, basa basinya kental brayyy. Don’t you see that? iyalah saya ngalah lagi. Saya keluar ya, ada urusan sama kawan di Batu Aji. Lho kok ninggalin kami, gak asyik lho. Emang kamu pernah asyik, lanjutnya lagi. Lagian kan ini malamnya kamu. Lama-lama aku tapok jidad botak mu itu baru tahu rasa, seph. Haha bye Maria. Joseph keluar.

Maria mulai membuka catatan di buku hitamnya. Saya ada banyak daftar pertanyaan untuk kamu. Tanya aja, selagi saya mampu jawab hehe, sok pintar saya ini ya, kataku. Dia bertanya seputar Isa dan Maria, dan saya jawab sebisa mungkin sesuai kuliafikasi keilmuan saya. Dia bahkan hafal surah Maryam dan Ar-Rahman. Luar biasa,,, dia begitu tertarik dengan surat yang dua itu, sampai bela-belaan untuk menghafalnya. Di ujung pertanyaannya dia menanyakan pertanyaan yang cukup sulit buat saya. Dia menghabisi saya tentang konsep Trinitas. Hampir tewas saya malam ini. Saya punya pertanyaan terakhir malam ini untuk kamu, tapi jawabnya besok saja, gak enak udah mulai larut. Abang juga pasti lama nungguin saya di luar. Apa pertanyaannya, Maria? Bagaimana hukumnya pernikahan beda agama dalam pandangan Islam dan Kristen? Ini ada injil sebagai sumber, kamu pegang aja. Gak usah, jawabku aku juga punya di lemari, tapi karangn Lukas, lagian Joseph juga ada. Iyalah, kami pulang ya. Saya jawab sekarang aja sebelum lupa mana tahu besok susah jumpanya. Gak usah, aku minta akun sosmed kamu aja. Aduh saya gak punya, saya mencoba berbohong. Yang ada cuma handphone jadul ini doang. Ya udah aku minta nomor kamu ya. Minta sama Joseph aja ya, saya mencoba menghindar. Iya deh. See you tomorrow. See you.

Subuh berikutnya pukul 04.28 A.M, aku dikejutkan oleh suara Joseph dari sudut pintu. Dzul, “Maria pesan jangan lupa shalat shubuh”! Aku tutup Qur’anku. Ehhh .... parah, gak mungkinlah saya lupa dengan keawajiban sendiri. Ini hak Tuhan saya, bagaimanapun keadaannya pasti akan saya laksanakan. Sampaikan ke dia, gak usah nasehati saya untuk sesuatu yang wajib atas diri aku. Eleehhh,,, dia perhatian samamu dzul! Apalah kamu ini seph. Mandi sana, atau saya yang duluan! Sipp,,, terus dia minta pin sama akun twitter and facebookmu, aku kasih. Silahkan aja cari, akun saya berbahasa arab, hanya orang-orang beriman yang mampu liat haha. Lagian saya udah bilang ke dia kalau saya gak ada hape kecuali ini. Dia beranjak ke kamar mandi, aku juga memutar lagu favorit kami berdua. “AKU PAPUA”. Tanah Papua tanah yang kaya, Surga kecil jatuh ke Bumi. Seluas tanah, sebanyak batu, di sana aku lahir. Bersama angin, bersama daun, aku dibesarkan. Hitam kulit keriting rambut, aku papua.

Habis shalat ashaar handphone tua saya berdering keras. Aku liat nomor baru, aku biarkan sampai mati. Itu memang yang biasa saya lakukan pada nomor baru. Dia menelpon lagi, lalu aku angkat “Zulkhoir’s speaking”, Assalamu alaikum. Dia gak jawab salam, It’s me Maria Annisa. Kamu ada waktu untuk saya? Kalau ada, saya tunggu di taman kota dekat Universitas Riau Kepulauan ya. Ok deh, saya ke sana sekarang. Bye... tut... tutt...

Wahhh,,, saya nampak dari kejauhan sedang membolak-balik Injil berwarna merah kehitaman. Hey you. What are you doing? Baru pulang kuliah, sambungnya. Kamu ngambil master ya? Iya, ngambil ekonomi, kebetulan masih ada waktu. Oh iya, saya mau menikah habis Natal. Wau... aku sedikit salah tingkah. Kamu harus datang ya. Harus? Iya, kalau kamu gak datang pernikahannya gak jadi. Kok gitu pula? Iya, kan calonnya kan kamu. Apaan sih? Yang serius lah. Sama siapa Maria? Sama kamu, aku serius aku suka sama kamu sejak dua bulan yang lalu. Joseph bercerita banyak tentang kamu.  Aku terdiam, tanpa ada reaksi. Kenapa, kamu gak suka sama aku? Aku sudah tanyakan ke Joseph kalau kamu belum punya calon, dan kamu belum bisa move on dari gadis Sunda mu itu. Sudahlah dzul, dia udah bahagia. Kamu cari juga dong kehidupan kamu. Aku tulus dzul. Kamu tahu apa tentang saya. Dia gadis yang hebat Maria, aku sangat mencintainya. Bahkan aku ragu kalau aku masih punya cinta, Maria. Aku ke Batam karena pelarian Maria, ini bukan aku. Lagian kita beda keyakinan. Aku ini Islam Maria, kamu Katolik. Apa kata manusia, apa kata orang tua, apa kata Tuhan Maria? Islam jelas-jelas mengharamkan itu. Apa? Kamu jangan mengada-ngada. Buka Qur’anmu al-Maidah ayat 5. Buka bang! Aku hafal ayat itu Maria. Dia malah membuka qur’an dari tas hitamnya. Ini bang! Bacakan terjemahannya untukku bang! Lalu aku baca dangan pelan-pelan.



“Pada hari Ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu Telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. barangsiapa yang kafir sesudah beriman (Tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.”

Aku ini ahli kitab bang. Aku termasuk di dalamnya. Jadikan aku istrimu bang!  Jangan dustai agamamu, jangan tutupi qur’anmu! Aku menjawab, ayat ini maksudnya bukan seperti ini. Aku masih ada ayat lain dzul, saya ini bukan orang bodoh. Aku mengajukan pertanyaan dua hari yang lalu itu ini yang saya maksudkan. Tanpa abang jawabpun aku sudah tahu dari awal. Abang gak peka. Mungkin ini alasan abang ditinggalkan dia. Apa? Kamu jangan sok tahu dengan hidup saya. Kamu kenal saya baru empat hari yang lalu. Dia gak seperti yang kamu pikirkan. Maaf bang, aku terlalu emosi, tolong bang nikahi saya selamatkan saya bang! Saya gak bisa, kamu bisa bayangkan gak nasib anak-anak kita nanti. Nanti mereka percaya sama siapa, ada yang milih katolik, ada yang milih Islam, atau gak milih keduanya, mereka malah memilih jadi Atheis, Hindu atau Budha. Itu yang saya takutkan Maria. Aku juga harus bilang apa sama orangtua saya, kakek saya pendiri pondok pengajian. Kakek saya susah-susah cari Islam, tolong jangan buat aku ragu lagi. Aku tidak menyuruhmu masuk kristen, dan aku tidak pernah ada niat untuk itu. Dia mulai menangis. Aku mau masuk Islam bang, asalkan nikahi saya. Saya gak bisa, saya gak mau dituntut orangtua mu. Orang tuaku sudah meninggal 2 tahun lalu. Hanya Ayah yang aku punya, dan dia tidak pernah tahu nasib saya sejak Ibu meninggal. Dalam Islam tidak ada paksaan dalam beragama Maria, dan Islam gak kekurangan ummat. Abang kejam, abang gak mau menolong orang yang sedang sekarat imannya. Abang bukan Islam, Islam itu tidak pernah membiarkan orang mati dalam keadaan kehampaan. Saya minta tolong bang. Tanggal 24 Desember saya berangkat ke Tapanuli Utara. Saya tunggu abang sebelum tanggal itu. _______......_______... Saya pulang duluan bang, assalamu alaikum. Wa’alaikum salam jawabku dengan sayu.

Aku pulang dengan wajah pasi. Aku tak tahu harus bilang apa ke Joseph. Dia pasti akan marah besar kalau tahu masalah ini. Rasanya tamparan panas matahari tepat di di wajah saya. Maafkan aku ya Rabb! Aku tidak bisa sanggup membuat keputusan secepat itu. Dan sekarang sudah tanggal 15 Desember. Tersisa 9 hari lagi. Guide me to the right choice! Atiinil hidayah! Bismillah!





Distrik XX, 15 Des. 15





                                                                                                         ZKS

Sabtu, 12 September 2015

Sei Lekop, Batam - Riau Archipelago.




Minggu ini sudah masuk minggu ke-empat saya tinggal di kota Digital ini. Kota yang dibisingkan dengan suara mesin dan suara gesekan duit kertas. Kota yang tidak menyisakan kebaikan dan keramah tamahan. Kota yang tidak membedakan antara siang dan malam. Kota yang tanahnya tidak bisa dimiliki, hanya bisa dipakai. Kota yang juga mereka sebut-sebut daerah bebas pajak atau Free Trade Zone. Aku tinggalkan kampung halaman demi kampung yang jauh dari kata aman. Aku tinggalkan kota awan nan bertuah, demi rezeki yang belum pasti tercurah. Aku acuhkan tawaran kerja di Siak Hulu demi kerja yang tak bertumpu. Aku tinggalkan cerita indah demi cerita susah yang belum terarah. Tapi jujur, aku jauh lebih tenang tinggal di sini karena bebas dari awasan dan pertanyaan anggota CIA (Afdhol). Ini juga sekalian bentuk pelarian dari cinta seseorang yang begitu besar porsinya dalam hidup saya. Orang yang sudah mengajak saya membangun Istana kemudian ia mengacak-acaknya. Orang yang membantu saya merangkai peta perjalanan hidup kemudian mencoret dan menyobeknya. Aku mau menghapus cerita pahit itu dan mulai merangkai sendiri cerita hidup yang baru. Kok kepikiran sama dia ya, padahal dia gak pernah itu ingat saya. Mulai lari ini ceritanya. Astagfirullah......
Pagi-pagi buta kota dengan penduduk 1 juta lebih ini disibukkan hilir mudik pulang dan pergi kerja. Ada yang ke utara, selatan, ada juga yang ke timur dan barat. Lapangan kerja tersebar di semua titik. Tak  seorangpun yang aku kenal di antara mereka. Hanya ada abang, kakak serta beberapa teman lama. Tak begitu mau tahu dengan mereka semua. Setiap orang punya ego yang besar apalagi itu menyangkut masalah perut yang hanya sejengkal ini. Iya, hingga hari ini tak satupun panggilan kerja yang saya terima. Padahal sudah muak dan bosan dengan dollar yang sudah ketara tipisnya. KTP saya yang tak kunjung selesai dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil menjadi akar permasalahannya. Lamaran terakhir tadi saya layangkan ke LP3I Course Centre di kawasan Panbil Mall, Muka Kuning. Saya kadang berpikir kenapa saya bisa terdampar di Pulau kecil berawa dan berbukit ini. Padat tak terkendali, rawa mereka timbun, bukit mereka ratakan. Rumah petak yang berdempetan. Asap kendaraan, asap pabrik dan asap kiriman dari ibu kandung Riau berkumpul di langit Batam ini. Semuanya sesak dan semakin menyesakkan dada lagi ketika mengingat dunia akademik saya sekarang ini. Saya iri dengan kawan-kawan yang sudah masuk sekolah Pasca Sarjana. Awak apa? Beasiswa S2 saya juga tidak ada titik terangnya. Akreditasi “C” dan kemampuan yang tidak seberapa serta sejuta persyaratan membuat saya kembali menutup mata. Mimpi kuliah di Ohio dan Arizona yang aku tulis di buku harian saya sejak 4 tahun silam itu aku sobek kembali, aku lipat berbentuk segi tiga kemudian aku masukkan ke kantong kresek hitam, kantong kresek itu aku selipkan di gubuk kecil di hutan Borneo yang gelap tepat di hulu sungai Kapuas yang dijaga puluhan ular Anaconda. Siapa ya yang berani bantu saya mengambilnya kembali? Ogahhhh....
Bingung dan bodoh kuadrat pangkat kubik. Indeks Prestasi Kumulatif yang aku banggakan waktu kuliah dulu tak ada gunanya di sini. Saya tantang mereka dengan bahasa Inggris dan Arab saya. Heran, mereka malah meminta saya untuk berbahasa Mandarin berlogat Hokian. Saya sapa mereka dengan sastra kebaikan, mereka menjawab dengan kejamnya bahasa Akuntansi dan Teknologi. Saya mencoba suguhkan tetangga dengan makanan Islami, yang ada aku malah disuguhi ayat Injil dan Bible Surat Paulus. Kucari bangunan berkubah tempat mengadukan nasib pada_Nya, yang banyak malah bangunan-bangunan berarsitek runcing dengan simbol salib di atasnya. Ahhhh... Ini Pulau Batam atau Pulau Nias sih pikir saya. Rasanya turun di Hang Nadimlah, bukan Binaka Airport Gunung Sitoli. Haha. Aku beranikan melangkah sedikit lebih jauh, berharap bertemu kubah, eh yang ada malah bangunan dengan ornamen Tiongkok berwarna Merah. Mereka menyebutnya Klenteng. Ada juga juga yang bilang Vihara dan Vekong atau apalah. Vihara sama Klenteng memang sama apa? Ya bedalah guys. Haha Sok keren manggil-manggil Guys. Lol...... Vihara itu untuk ummat Budha, biasanya warna bangunannya itu tidak begitu mencolok, biasa saja tetapi tetap saja terkesan mewah. Namanya juga tempat ibadah kelesss..... Alay beyuddd. Ampun Tuhan! Haha. Ini saya kasih tahu, kalau di Djakarta kita jumpai Masjid terbesar di Asia Tenggara, Istiqlal, maka di Batam ini kita akan jumpai Vihara terbesar di Asia Tenggara, namanya Vihara Duta Maitreya. Nah, sekarang Klenteng, Klenteng itu tempat ibadah bagi penganut Konghuchu. Umumnya cantik dan berwarna merah. Ya, kalau saudara/i pernah ke Kota Bagansiapi-api dan Selat Panjang pasti sudah familiar dengan bangunan klenteng itu. Namanya sering disamakan orang karena dulu agama Konghuchu itu lama biar diakui oleh negara. Mereka masuk dalam kategori Agama Budha, dan tentu tempat ibadah mereka juga disamaratakan. Itulah negara kita, NKRI yang sangat toleran dengan kepercayaan agama lain. Tapi kita selalu di anaktirikan kalau jadi Minoritas di belahan bumi lain.
Oh iya, kembali ke yang tadi. Saya memang biasa dibesarkan di atas tanah diskriminasi beragama, daerah yang dikelilingi kawasan Muslim (Aceh, Sumbar dan Riau) tapi tak muslim meski sudah ratusan tahun, aku sering menyebutnya “Utara”. Penduduk muslim dan kristen Sumatera Utara itu berbanding 60%/40%. Muslim 60, Kristiani 40. Tapi tempat tinggal saya yang baru ini justru kebalikannya, 40% Muslim, 60% Kristen. Gereja berdiri kokoh hampir setiap 100 meter, banyak juga yang malah berdempatan. Sekolah Dasar dan SMP SMA swasta juga ikut dibangun di sekeliling gereja. Mulai dari HKBP (Huria Kristen Batak Protestan), HKI (Huria Kristen Indonesia), GPI (Gereja Pendidikan Indonesia) haha itu UPI kali (Universitas Pendidikan Indonesia), maksud saya Gereja Protestan Indonesia, ada juga GBKP, GMIM, GIA,Gereja Filadelpia, Immanuel, Tiranus dan masih banyak lagi. Yang kalau kita bahas ada sampai 120 lebih jenisnya. Kita kan mau bahas Batamnya, bukan Gerejanya. Peace!
Saya juga seringkali ditawarkan untuk mengajar di SD, SMP dan SMA mereka. SDS Kristen dekat rumah salah satunya. Pertimbangan saya banyak, meski lama akrab dengan pendeta dan cita-cita saya adalah mencerdaskan anak bangsa, tetapi tetap saja saya kurang nyaman, saya sudah lama mencari agama saya ini. Masa kembali lagi ke masa kelam dulu. Agak mengandung SARA ya. Hehe Ma’af! Saya cuma mau berbagi cerita aja kok.
 Sekolah-sekolah ternama di kota ini juga tak lepas dari sekolah Kristen, katakanlah SMA YS, Kartini. Ada sih SMAN 1, SMAN 3 dan SMKN 1, tapi tetap saja yang juara kelasnya orang kita (*batak). Nilai UN mereka tidak hanya terbaik di Batam, tetapi juga terbaik se Kepri. Sangking banyaknya kristen di sekitar ini, You should know, ada banyak dan tak terhitung jumlah kedai yang menjual daging segar B2, taukan B2? Ahh masa gak tahu? Itu Rumah Makan BPK yang banyak di Palas, Rumbai Pekanbaru itu. Atau yang dekat Danau Toba itu lho. Gak bisa saya nulisnya, we call it “Pork”. Jadi, untuk makan dan beli jajan di Batam ini harus ekstra hati-hati. Alangkah lebih afdol jika beli barang mentah dan masak sendiri di rumah. Lumayan, hidup di batam ini keras guys, kok Guys lagi. Haha. Iya, keras, masa daun singkong aja ditimbang, bukan per-ikat lagi jualnya. Parah,,, sudah macam emas semuanya dibuat.
Nah,, untuk meminimalisir minority kita dan karena kekhawatiran beberapa ulama sekitar, maka ada beberapa pondok Pesantren yang sengaja didirikan di dekat kawasan ini. Madrasah Aliyah bergengsi, Ponpes Al-Ukhuwah dan An-Ni’mah di Dapur 12. Saya tahu karena saya masukkan lamaran ke situ, tapi sayang sudah penuh gurunya. Selain mengajar saya mau berniat hafal qur’an lagi di sana. Tapi..... ya belum rezeki. 
Ok, we keep moving. Pemandangan kota terbesar ke tiga di Sumatera ini juga beda dengan kota-kota lain di Indonesia. Sok tahu aja, Hehe padahal saya belum pernah ke Jakarta. “Saya sudah pernah ke Kuala Lumpur dan Singapura tapi belum pernah ke Ibukota sendiri. Tunggu bukunya terbit ya! Penukaran uang atau Money Changer akan anda dapati di setiap sudut kota ini. Maklumlah, selat Singapura tidaklah begitu luas dan dalam. Dollar Amerika, Singapura dan Ringgit Malaysia banyak dikantongi warga di sini. Ini sudah lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya, yang nyaris saja Rupiah tidak terpakai. Pengumuman pengurus Masjid Babussalam tempat saya biasa tunaikan shalat Jum’at juga mengundang sedikit tawa bagi saya. “Pendapatan kas masjid kita jum’at lalu adalah Rp. 1.567.000, 10 Dolar dan 15 ringgit Malaysia”. Barang jajanan, minuman kaleng juga pasti kita tercengang dibuatnya. Yang beredar di sini hampir semuanya produksi negara tetangga. Dulu sewaktu kuliah banyak saya tantang dan salahkan kawan-kawan dari Pulau Rupat Bengkalis yang berdekatan dengan Negeri Malaysia barat, saya bilang kepada mereka pasca pemakaian uang Ringgit dan barang Malaysia, “kalian sebagai mahasiswa gak ada itu ya semacam tindakan untuk memboikot uang dan barang malaysia tu”. “Seharusnya kalian berada di baris terdepan”, pidato saya tiba-tiba distop. “Nak makai rupiah bang, mati tak makan kita di sana bang”, “saya juga kalau udah selesai kuliah nak pindah ke Malaysia bang” cakap dia. Terdiam tanpa bahasa saya waktu itu. Dan sekarang saya sudah rasakan bagaimana hidup di perbatasan, ini sudah sangat jauh dari kata lumayan. Gak terbayang nasib saudara kita di perbatasan Natuna, Anambas, Rupat, Karimun, Kalimantan Barat, Sebatik (Kalimantan Utara), Maumere dan Merauke. Ahhh....Kata orang Banjar “Baharunglah” dengan itu semua, toh pemerintah sendiri jarang memperhatikan nasib warga di garda terdepan negara ini. Saya juga sangat geram bercampur sedih ketika Pak Jokowi mengatakan kalau kita tidak ada kepentingan di Laut Cina Selatan pasca percekcokan dengan Tiongkok, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Apakah pak Jokowi tidak tahu kalau Natuna punya cadangan Migas terbesar di ASIA? Apakah pak Jokowi tidak tahu bagaimana gigihnya warga Natuna bertahan ketika ingin dicaplok oleh Tiongkok? Tu kan lari lagi, kita kan mau bahas Batamnya saja. Anehhh..
Stasiun Televisi di sini ada sekitar 28 stasiun (wikipedia). 10 stasiun siaran Nasional, 3 lokal dan 15 Internasional. Karena TV di rumah tidak dipasang parabola, saya gak pernah lagi menonton siaran Nasional seperti TVOne, tidak bisa menonton manusia yang terbang-terbang di Indosiar, sinetron SCTV dan X-Tractor di RCTI dan yang lain-lain. Yang ada hanya siaran Media Crop dari Singapura, TV7, TV9 Malaysia, dan masih banyak lagi yang bahasa pengantarnya dengan bahasa China, Thailand, dan Melayu Malaysia. Nonton Upin Ipin taruih lah pokoknya.
Ada hal unik lagi kalau kita lihat spot lain. Masjid tempat saya shalat, jamaahnya punya seragam tersendiri gan. Hampir semuanya memakai baju kerja safety yang masing-masing bajunya bertulis nama PT mereka, untung gak pakai helm ya. Maklum, +- 300m dari tempat saya banyak galangan atau perusahaan yang bergerak dalam pembuatan kapal laut (Shipyard) yang nantinya akan dikirim ke Rusia, Vietnam, Malaysia dan masih banyak lagi. Wahh... hebat ya batam, bisa ekspor barang ke negara-negara maju. Bukan, kita cuma anggota suruhan, yang punya perusahaan itu pengusaha dari Singapura dan Tiongkok. Itu sebabnya rata-rata perusahaan di Batam ini tergantung pada kondisi Dollar. Kalau Dollar berada pada level aman terkendali, semua akan baik-baik saja. Tapi kalau lagi tak aman macam yang baru saja terjadi ini (Rp. 14.100/USD), habislah karyawan. Bayangkan, dalam 2 minggu terakhir ini saja sudah ada 11 Perusahaan yang tutup di Batam ini dan semua karyawannya di PHK. Miris saudara.
Berbicara tentang elektronik dan otomotif, mungkin semua orang Indonesia tahu kalau Batam adalah surganya. Iya, kenyataannya memang seperti itu. Pulau ini adalah satu dari empat kawasan bebas (FTZ) di Indonesia (Batam, Bintan, Karimun, dan Sabang di NAD). Handphone dan gadget anak-anak di sini keren guys. Tapi sayang saya belum punya satupun. Bukan karena mereka kaya atau banyak duit, tidak. Harganya memang bersahabat. Bisa lebih murah 20 sampai 30 % dibanding tempat lain (colek Pekanbaru). Barang semacam itu diimport dari Tiongkok, Taiwan, Singapura dan juga Korea. Upsss,, jangan salah kaprah dulu, kita sering bangga ketika memakai barang buatan luar seperti Panasonic, Epson, Siemen dan lain sebagainya. Itu memang barang luar negeri tapi pabriknya banyak di Batam ini. Eleh elehhhhh....! Terus, belum tiga hari di Batam ini saya sudah melihat seorang lelaki yang baru saja dewasa mengemudi mobil Lamborgini. Wahhh,,,, ngeri ya gan. Oh iya, belum lama ini saya juga sempat berkunjung ke SMAN 1 BATAM. Bangunannya benar-benar mewah mencolok. Di sekeliling sekolah terparkir puluhan mobil mewah yang sudah pasti punya anak-anak yang di dalam kelas. Kalau di Pekanbaru macam SMA 8, SMA 9 dan SMA 1 lah. Saya gak terbayang jika jadi tenaga pengajar di sekolah ini. Ahhh,,, pasti shock berat memikirkannya.
Sekarang kita mau bahas sesuatu yang sedikit tabu, dunia malam. Seperti yang sudah saya sebut sebelumnya, Batam itu tidak mengenal mana siang dan mana malam. Kehidupan dunia malam menjadi daya tarik tersendiri terutama bagi wisatawan mancanegara. Batam itu gerbang ke tiga masuk keluarnya turis lho setelah Bali dan Jakarta. Gedung pencakar langit Singapura nampak jelas kalau kita berdiri di pantai Nongsa, selat Singapura. Tak heran kalau di Batam ini banyak kita temukan diskotik, bar, karaoke dll. Pernah saya baca artikel yang bunyinya menggelikan “dengan modal ganteng dan cantik saja, anda akan hidup di Batam”. Segitunya ya saudara. Ampuni dosa hamba Tuhan! Pertebal iman sebelum datang ke sini ya guys! Selain itu, perusahaan di Batam ini juga banyak yang menyediakan shift malam, hal ini dimaksudkan untuk mengejar target produksi. Maka tidak heran, sering terjadi pelecehan, kriminal, perampokan dan tindakan asusila lainnya. Nyawa manusia tidak begitu berharga di kawasan ini bro.
Pergaulan di sini memang harus pintar-pintar memilih kawan. Akhlak dan moral anak-anak memang benar-benar bobrok hancur. Anak SD saja sudah pacaran. Ada conversation antara seorang gadis yang baru saja masuk SMP dengan anak SD yang mungkin masih kelas enam. Percakapan itu saya dengar ketika sedang berwudhu’ di Mushallah kecil sekitar 150 M dari rumah. Cewek kelas I SMP itu memulai percakapan “Hey, kamu masih sama si itu sekarang?” Anak kecil itu menjawab “gak lagi, saya gak lama-lama pacarannya, paling lama itu 2 bulan, habis itu ganti lagi”, kamu masih sama si Edo? Balas nya bertanya. Gak juga, udah lama itu, saya itu juga palingan 1 bulanan, habis itu ganti lagi biar gak bosan, sekarang aku sama itu,  tamat SD Al-Azhar dia, kayaknya kamu kenallah, dia kenal kok sama kamu. Aku tersipu, pura-pura tak dengar. Aku selesaikan wudhuku. Aku biacara dalam hati “Aku kenal cewek baru kelas III MTS, itupun ditolak, aku salah apa Tuhan??? Kok aku masih jomblo sampai detik ini? Hiks hiks...Alay.
Bagaimana dengan tata kotanya? Dengan modal peta yang aku beli di Mall SKA Pekanbaru bulan lalu, saya sering melancong sendiri menyusuri sudut kota, mengukur jalan, dan menyaksikan langsung bentuk kota terbesar di Kepulauan Riau ini. Harus aku akui kalau tata kota Batam ini memang beda dengan kota lain. Gak ada banjir, gak ada macet (kadang). Jalan mulus dan lebar, hutan yang dijaga, lokasi pemukiman khusus dan lokasi Industri juga khusus. Kota yang di gagas BJ Habibie ini tidak akan ditemui tiang dan kawat listrik yang gentayangan di atas jalan, terutama sekitar pusat kotanya. Jakarta begitu gak ya? Jadi kalau mau main layangan gak akan sangkut di kable listrik kok, palingan masuk cerobong asap pabrik atau jatuh ke laut. Hehe segitunya ya. Itu sebabnya tidak diperbolehkan menggali tanah walaupun untuk sumur pribadi, kebutuhan air sudah diurus pemerintah kok. Tinggal buka kran dan bayar. Danau-danau menjadi sumber air bersih yang sebelumnya sudah disuling. Saya dengar kita juga ekspor Air bersih ke Singapura berton-ton setiap hari. Legal pula lagi itu. Terus, walaupun kita punya banyak duit, tapi tetap saja kita gak bisa beli tanah di sini. Kita hanya diberi hak pakai, bukan hak milik. Inilah yang dikelola oleh otorita Batam yang sekarang dikenal dengan Badan Pengusahaan. Area yang akan kita jadikan rumah akan dikenakan pajak UWTO (Uang Wajib Tahunan Otorita). Yang biasanya per 30 tahun. Jadi kalau kita ingin tetap tinggal setelah 30 tahun, kita harus perpanjang pajaknya juga. Harga pajak tanah pastinya juga bervariasi, tergantung bangunan yang akan dibangun diatasnya. Di kawasawan industri bisa sampai Rp. 95.000/m, kawasan bangunan sosial hanya Rp.1.000/m saja. Ada sih yang gratis, itu tanah yang di bawah jembatan Barelang itu. Aku maulah 50M persegi. ???#@$#@#$#??
Now, we’re talking about weather quality (kualitas udara). Asap kiriman Riau masih sampai kok, itu sebabnya waktu yang tepat itu ya lagi pas musim asap. Kalau musim asap kan Pekanbaru itu serasa di negeri awan itu. Nah, saya saranin naiki awannya dan gak lama lagi pasti berhembus ke langit Batam. Tapi saya gak jamin kalau jatuhnya di cerobong asap pabrik ya. Lolll,..,,,..! Sekarang panas mana Pekanbaru atau Batam???? 11/12 lah. 12 nya Batam. Wkwkwk Tapi jangan heran, tenang aja! Kulit kita makin putih ko’ di batam ini (macam saye ni).  Kok bisa? Bisalah! Pertama kan kulit kita hitam itu. Terus biarkan dibawah terik panas matahari, yang hitam itu perlahan-lahan memudar kecoklatan karena sengatan 380 C-nya. Rutinlah keluar rumah dan teruslah berharap yang coklat itu luntur menjadi putih. Ada sih yang berhasil, tapi kebanyakan gagal. Biasanya karena terlambat diangkat sih, keburu gosong dianya. Hahaha Bodoh!
Terakhir, saya ingin sedikit membuka mindset adek-adek saya yang sedang sekolah dan kuliah atau siapa saja yang mau baca ini (emang ada?). Terutama kepada dua orang (IS & AH) yang mau datang ke sini. Dua orang yang selalu mengekor sejak tujuh tahun silam. Saya masuk MTS Model Darur Rahman, mereka ikut. Saya mau lanjut ke MAN Model kota Padangsidimpuan mereka ikut juga. Saya mau kuliah di Djakarta mereka mau ikut juga. Eh gak jadi ke Jakarta, lulusnya di Pekanbaru, lagi-lagi mereka lulus di tempat saya kuliah. Dan sekarang saya mau cari kehidupan di Batam, ehhh mereka mau ikut juga. “Nanti kalau kami lulus kami ikut abang ya bang”. Maunya apa coba? Haha Batam itu tidak seperti yang kita bayangkan. Kerja yang mudah dan panen duit serta hidup layak yang selama ini dalam pikiran kita itu tidaklah sepenuhnya benar. Batam itu kota keras, lebih keras daripada Pekanbaru dan Medan. Kalau tidak punya skill dan orang dalam, payah juga adinda. Batam ini butuh lulusan Teknik yang mahir berbahasa Inggris dan Mandarin. Lulusan Manajemen, Ekonomi dan Akuntansi yang lihai berbahasa Inggris dan Mandarin. Saya bahasa Inggris saja bisanya, Mandarin lagi belajar dasar. Makanya saya masih nganggur tak jelas. Kalau lamaran saya ditolak terus, saya berhenti saja melamar pekerjaan. Terus saye nak lamar anak gadis Melayu sini.Wkwkwkw Gila.
Terus, berpenampilan menarik juga seringkali menjadi persyaratan di samping skill. Mereka mau menjual skill atau manusianya ya? Heran ambo dibueknyo. Saya pribadi sih pasti lolos kalau syarat yang ini. Secara gitu ya kan. Banyak perusahaan yang memberi syarat “berpenampilan menarik dengan postur tubuh yang bagus”. Adek merasa ganteng gak???? Ambil cemin sana!!!!! Kalau gak ganteng gak usah datang ke sini ya! Saya memang salah, saya sudah terlanjur, terlanjur ganteng maksudnya. Iuhhhh.. Ketika wawancara saya ditanya “apa yang menarik dari anda?” Hmm apa ya buk? Saya menjawab spontan “tangan saya buk”. Maksudnya? Tanya ibu itu lagi. “Tangan saya bisa menarik apapun termasuk tangan Ibu, mari buk saya tarik tangan ibu ke Pelaminan! Ibu itu tersenyum seraya bertanya kembali “Anda waras?”. Ambil berkas dan buru-buru cari pintu keluar, gak ketemu pintu, aku lompat dari jendela kaca lantai lima, untung laut dibawahnya^^. Efek nganggur ya begitu, (Nganggur=Ngawur).
Untukmu yang masih fresh otaknya, sekolah dan kuliahlah yang benar! Shalatnya jangan lupa, itu yang terpenting. Sebab itu yang membedakan kita dengan mereka*. Kalian yang lebih tepat jurusannya. Tekniknya dapat, IPK tinggi, bahasa Inggris lancar (Ibrahim Saleh, ST. /15 Juni 2018). Terus untukmu sang Photografer dan ahli komunikasi, bahkan berkomunikasi dengan aktor film di laptop pun bisa (Abdul Halim Perdana Kusuma Attamimi Hasibuan S.I. Kom), belajarlah yang giat, fasihkan bahasa Inggrismu! Kalau gak bisa bahasa Inggris atau Mandarin dan gak berpenampilan menarik gak usah datang ke sini ya! Ma’af  kami tidak menerima lowongan. haha
Untuk semuanya! Rajin-rajin belajar ya adinda! Dulu waktu kita SD, kita berpikiran kalau berpendidikan S1 itu sudah cukup dan pasti mudah cari kerja. Ternyata sekarang istilah itu tidak dipakai lagi. Itu “doktrin yang salah besar adek”. Saya sudah dapat omongan dari beberapa staff dan orang-orang di sini, Pekanbaru juga pernah. “Pendidikan terakhir adek apa? S1 pak. Cuma S1 aja ya? Ya Allah, S1 dibilangin “CUMA”. Saya mati-matian kejar dosen minta tanda tangan. Mereka ada benarnya. S1 itu payah dek sekarang. Belajar ya, kuliah sampai S3! Semoga kita semua jadi Professor semua. Aamiin! Otak kita gak kalah kok dengan mereka, hanya saja mereka lebih bejo dan orang tua mereka lebih tebal dompetnya. Waduhhh,,, saya memang ahlinya memotivasi, tapi memotivasi diri sendiri gak sanggup. Ampun dahh. Oh iya, saya sekalian minta do’a ya biar abang diterima kerja. Saya sebenarnya memang gak mau cari kerja, saya maunya menciptakan lapangan kerja seperti mereka. Jiwa bisnis saya kurang. But Honestly, saya punya cita-cita sejak lama. Saya mau mengajak kalian membangun sebuah Pondok Pesantren bernama “Islamic Boarding School 1000 Sarjana. Nanti ya, kalau donaturnya sudah ada. Saya ajak bergabung mau kan dek? Please! Mau ya! Mau ya! Mau donk.
Ini ada puisi terbitan Republika 2006. Semoga bisa menggugah.


SEONGGOK JAGUNG
Seonggok jagung di kamar 
dan seorang pemuda tamat SLA 
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa. 
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya. 
Ia memandang jagung itu 
dan ia melihat dirinya terlunta-lunta . 
Ia melihat dirinya ditendang dari diskotik. 
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalase. 
Ia melihat saingannya naik sepeda motor. 
Ia melihat nomor-nomor lotre. 
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal. 
Seonggok jagung di kamar 
tidak menyangkut pada akal, 
tidak akan menolongnya.
Seonggok jagung di kamar tak akan menolong seorang pemuda
Yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
Dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode,
Dan hanya penuh hafalan kesimpulan,
Yang hanya terlatih sebagai pemakai,
Tetapi kurang latihan bebas berkarya.
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan
Aku bertanya :
Apakah gunanya pendidikan bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan bila hanya mendorong seseorang menjadi layang-layang di ibukota?
Kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang belajat filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran, atau apa saja,
Bila pada akhirnya, ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata :
“ di sini aku merasa asing dan sepi !”

Tulisan ini spesial untuk adek-adek saya; orang-orang bangasawan keturunan Raja Sisingamangaraja XII:
1.      Ibrahim Movic Siregar XIV
2.      Abdul Halim Perdana Kusuma Hasibuan III

Colek yang lain juga lah mana tahu ada saran, dan sekalian minta doa biar cepat dapat job, dapat jodoh juga boleh:
1.        Ahmad Sunarto Hsb (Pemuncak UIN 2018)
2.        Irwan Van Cristopher (Pendeta HKBP Rajawali)
3.        Azhari Parlindungan Siregar (calon Cumlaude saudara kandung  Dr. Azhari/Ayu Azhari)
4.        Jamil Siregar (Adek Tiri)
5.        Ahmad Shaleh Siregar (Uda kanduang)
6.        Ongku Hsb (Tulang Hamoraon)
7.        Eki Andriesta (Kapolda Bukittinggi)
8.        Ahmad Rivai Hsb (Pengacara Handal)
9.        Saiful Bahri (FSIH UIN Suska)
10.    Hassan Al-Faqih ( Calon dokter SMK Kesehatan Medan/Andalas Univ)
11.    Ilham Efandri (Adek ganteng dari SMK Taruna, Kota PSP)
12.    Abdullah Surahman El-Habsy (MAN 039 Tembilahan)
13.    Anugrah Ilahi (SMP Tri Bhakti)
14.    Ishaq Al-hafiz Hasibuan (Ustadz Rumbai Pesisir)
15.    Kabul Afganistan Harahap (UIN SU)
16.    Akhir Muda (STAI Dumai)


   Wassalam
Singapore Strait, 12 Sep. 15


                                                                                             Zk. Siregar

(A)B,C,D. (Allexyndary) Betaemeis, Calvicentura & Damixoverty

Apa kabar? Semoga tetap dalam limpahan rahmat-Nya. Beberapa waktu lalu saya diminta untuk menghapus tulisan di media sosial d...