Jika kita lahir di timur dari
keluarga islam, maka kita islam.
Jika kita lahir di barat dari
keluarga christian, lantas kita christian.
Jika kita lahir di Himalaya dari
keluarga budha, terus kita harus jadi bhisksu.
Tidak,,,, Islam is a true belief.
____....____.....______......______
Sore itu sekitar pertengahan Oktober 2015 di Distrik XX Kepulauan Riau.
Niat baik hendak mengantarkan kawan kost ke sebuah Gereja tempat ia biasa
beribadah setiap minggunya. Kebaktian khusus remaja akan dimulai 28 menit lagi.
GPI (Gereja Penyebaran Injil) berwarna aluminium kecoklatan itu semakin akrab
di telinga saya satu bulan terakhir, karena hampir setiap minggu saya diminta
untuk mengantarnya. Dan saya senang melakukannya karena ia juga kerap kali
mengantarkan saya ke masjid Ussisa Alattaqwa setiap Juma’t. Peristiwa
sore itu selalu berulang, selalu ada basa-basi di antara kami. Dia mengajukan
pertanyaan yang sama “don’t You want to stay for awhile buddy? (Gak mau
singgah dulu sebentar kawan?) Jawaban saya juga sama “No, Thanks”. Begitu juga
giliran saya diantar ke Masjid Jum’at pukul 11.35. “Hey, don’t you want to
see around? (Gak mau tengok-tengok dulu?) “No, Thanks, maybe someday”.
(Terimakasih, lain kali aja) Ada kata somedaynya.
Berarti dia mau masuk, tapi nanti. Semoga saja.
Dia adalah saudara sedarah berbeda keyakinan yang berasal dari tanah yang
sama, pinggiran danau vulaknik Toba kab. Toba Samosir, di ujung Sumatera yang
sudah jauh dari pelupuk mata. Namanya Joseph Siagian, tapi saya tidak
memanggilnya dengan bahasa Ibrani itu. Saya lebih senang memanggilnya dengan
nama Yusuf bin Ya’qub.
Kali ini kami tiba lebih awal, pendeta mereka masih dalam perjalanan,
sekitar sepuluh menitan lagilah. Dia mengajak saya lagi untuk ikut ibadah sore,
kali ini dia lebih serius. Tidak hanya kata-kata, dia sedikit menarik tangan
kiri saya. Come with me Dzul! No, thanks, jawabku. Bahasa Inggris
fasihnya itu benar-benar menggoda saya. Please dzul! Hey, Noooo....
Agamaku melarang saya berbuat demikian, Muhammad juga tidak pernah mengajarkan,
ini kelewat batas Yusuf. Kamu dengar dari luar aja, lagian aku mau menganalin
kamu dengan perempuan yang sudah dua bulan ini menaksir kamu. What??? You
gotta be kidding me, right? No, she is absolutely curious about you, the
way you speak, the way you walk, and the way you wear. Ha? Did she notice those
things? (Apa? Kamu pasti bercanda kan? Tidak, dia itu benar-benar penasaran
tentang kamu, cara kamu berbicara, berjalan dan berpakaian. Ha? Segitunyakah
dia memperhatikan saya?) Kali ini saya keluarkan batak asli yang bersarang di
pita suara saya “Na di boto ia luai na Islam au bah? Ahhh nabana ho be bah.
(Emang dia gak tahu kalau saya ini Muslim?, kamu ini udah gak benar). Justru
karena kamu Islam itu alasan dia suka kamu. Gila brayyyy. Gak-gak, saya mau
pulang, text me if you wanna go home. (Sms saya kalau mau pulang). 15
menit sebelum keluar sudah sms saya, biar gak lama nunggunya, jangan kayak
minggu kemarin. Tiba-tiba dia mengambil kunci motor dan berbalik arah.
Apa-apaan ini, cetusku. Nada keras saya benar-benar keluar. Saya kejar, dan dia
semakin mempercepat langkahnya. Dia hendak masuk gereja melalui pintu samping. Aku
tarik bajunya dari belakang dan hampir saja sobek. Beberapa orang memperhatikan
tingkah kami. Ada yang tertawa dan ada yang melihatnya serius serta merasa
aneh. Ok...ok... ini kuncinya tapi tunggu dulu. Dia memanggil seseorang dari
dalam gereja “Maria, ini orangnya datang”. Apaan sih? lanjutku. Mukaku
mulai memerah dan sedikit salah tingkah. Perempuan itu dengan tenang menyapaku.
Hey Zul pake “D”, saya Maria Annisa Sitohang. Dia mengenakan penutup kepala
berwarna hitam pekat, namun tidak selebar hijab akhwat di pondok saya dulu. Hey
juga, ehhh saya Zul Siregar. Ehhh kok pakai “D” segala, Maria. Kata Joseph kamu
gerah di barisan abjad terakhir, makanya nama “Dzul” memang cocok untuk kamu. Jangan
salam ya Maria!, gerutu Joseph. Gak akan kok, saya tahu Muslim macam dia
ini gak akan menerima tangan dari wanita, apalagi wanita yang bukan Muslimah. Ehh,,,
kalian ini ngomong apaan sih? Yuk,, kita duduk di sudut sana aja, lanjutku.
Cieeee.... belum apa-apa aja udah ngajak berduaan, Joseph nyeleneh. Ohhh Tuhan!
Kenapa ada makhluk seusil Joseph Tuhan? I also invite you, annoyying. Hahaha
kalau saya gak mau gimana? Hurry up! Lalu kami duduk di di pinggiran parkiran
motor. Perempuan nashrani berkerudung itu memulai percakapan.
Maria : Dzul udah lama
jadi Muslim?
Me : Sejak aqil baligh Maria.
Me : Sejak aqil baligh Maria.
Maria : ohh... Jadi waktu anak-anak belum Islam
ya?
Me : Bukan begitu, setiap manusia yang belum dewasa semuanya muslim, muslim itu artinya patuh. Islam atau bukan, jika
meninggal sebelum usia baligh, kesemuanya akan masuk surga. Begitu dalam ajaran
kami. Jadi saya bersaksi dalam keadaan sadar itu baru pada usia 15 tahun.
Maria : gak paham lah.
Joseph : Dalam Islam itu
perhitugan amal baru dimulai sejak dewasa, Maria.
Me : ya, that what
I mean.
Pendeta
mereka datang (go there! He’s coming)
Maria : Besok sore
saya datang ke rumah kalian ya Dzul.
Joseph : Melirik saya
sambil tersenyum. Jangan panik gitulah Dzul!
Me : Rumah? Kami
gak punya rumah.
Maria : iya kost, atau
apalah terserah.
Me : Mmmmm.... bukan begitu. Maksud saya, ma’af Maria saya
bukannya gak mau. Besok saya ada ngajar sampai siang, terus sorenya saya juga
ada jam ngajar di kelas Penerbangan di kampus dekat kawasan Muka Kuning.
Maria : ha? Dosen juga
kawanmu ini Joseph?
Joseph : ehhh baru tahu.
Ya iyalah, bentar lagi master kawan saya ini.
Me : bukan,,, saya cuma ngajar bahasa Inggrisnya aja. Yang
saya ajar itu jurusan Penerbangan, bukan
jurusan Bahasa Inggris.
Maria : ya sama ja,
tetap aja namanya dosen kan?
Joseph : di SMP dia
ngajar Bahasa Arab, di SD di ngajar Qur’an, di SMK ngajar English, malam-malam
kadang ngajar les lagi, muridnya pekerja semua. Pasti dibayar mahal dong (sambil
mengempaskan tangannya ke saya).
Me : Iya ok. Kerja saya banyak. Duitnya juga banyak, koin
semua. Sana-sana kalian!
Maria : Jadi gimana?
Malamnya saya datang ya.
Me : aduhhh... gimana ya? Tolong sampaikan seph!
Joseph : Grogi lagi,
bilang ja. Tamu wanita cantik kok ditolak sih. Hehe begini, si Zul itu gak
biasa nerima tamu cewek, apalagi malam-malam Maria.
Maria : Ya udah, aku
ajak abang aku nanti, bereskan. Gak pa pa ya, banyak hal yang mau saya
tanyakan.
Me : hmmm iya deh. 07.30 P.M. Siapkan snacknya Yusuf!
Maria : Sure. Jangan,
saya bawa makanan nanti. Saya gak mau nyusahin kalian. See you then.
Me : (saya tersenyum sumringah)
Subhanallah, saya sangat mengagumi karya Tuhan yang tadi. Padahal
sejatinya saya itu sangat sulit sekali jatuh hati pada wanita terlebih setelah
putus dengan perempuan berdarah Bogor
dua tahun silam. Enyahlah mimpi itu.
Senin pagi buta sebelum shubuh, si
Joseph sudah beribadah dulun dari saya. Saya selalu lupa menanyakan ibadah apa
yang dia laksanakan di pagi sedini itu. Hanya satu lagu rohani yang saya hafal.
Habis shubuh saya masih ngantuk, kurebahkan badan di tikar usang di sudut ruang
tengah. Ehh nyatanya tertidur lagi. Wake up buddy! Jari kaki kiri saya diinjak
Joseph dengan keras. Aku buru-buru mandi dan berangkat menuju sekolah. Tidak
tahu ini sudah pukul berapa. Bus karyawan yang biasa mangkal di halte
dekat perempatan pertama sudah tidak
saya temui lagi. Itu artinya saya sudah terlambat 10 menit. Kemudian sedikit
aku cepatkan laju motor butut saya itu. Dan lagi-lagi papan iklan di dekat
pusat perbelanjaan juga sudah tidak mengeluarkan cahaya karena listriknya sudah
dimatikan. Ahhh,,, sudah terlambat 20 menit pikirku lagi. Alhasil sampai di
checklock, absen saya sudah bertinta merah. Ahhhh... gila. Pegawai baru sudah
berani terlambat kerja. Siap-siap saja
gaji bulan depan dipotong. Baharunglah kata orang Banjar.
Istirahat kedua berbunyi, seorang
anak lucu ganteng berkulit hitam tersenyum menghampiri saya. Apa Aqil? tanyaku.
Mau setor hafalan pak. Sini duduk samping bapak. Surat apa sekarang bang?
An-Nazi’at pak. A’udzu billahi minas syaitonir rajim. Dia melanjutkan hafalannya
sampai akhir. Fasih betul bacaannya. Saya hafal An_Naziat itu ketika duduk di
kelas 1 MTS. Dia baru kelas 3 SD sudah fasih. Barokalloh.
Selesai sudah tugas hari ini. Decak
kagum bercampur deg degan semakin tak terkendali sambung menyambung di seluruh
saraf otak saya. 2 jam lagi aku akan bertemu dengan Maria, Nashrani berkerudung
hitam itu. Aku selesaikan kewajibanku kepada Allah, 4 rakaat ketika syafak
merah muncul di langit Batam. She will not come buddy, Joseph berceloteh dari dalam kamarnya. Ya
wess.... Gak mengharap juga keless. Iuhhhhh... sambungnya kembali.
Tok.. tok... Assalamu alaikum.
Wa’alaikum salam, jawabku. Joseph membukakan pintu depan. Annisa’s coming. Annisa
siapa yusuf? Maria Annisa. Lho Maria, kok pakai salam segala sih. Gak boleh ya?
Iya, gak boleh. Itu salamnya islam, dan saya haram menjawab salam itu. Iyalah,
gak akan saya ulangi lagi besok-besok. Ini abang saya, namanya Samuel. Saya
salam abangnya. Mari duduk, lanjutku. Dia bawa makanan banyak sekali. Ini
apaan, banyak betul. Kan kita belum makan juga, teriak Joseph. Ahhh,,, dasar
anak kost kelaparan hahaha, aku lanjutkan.
Oh iya, namanya kok Maria Annisa?
Itu memang nama asli atau gimana? Iya, itu nama asli saya. Annisa itu pemberian
nenek saya di Tanjung Pinang. Kenapa? Heran aja, jawabku. “Annisa itu kan
artinya perempuan, jadi Islam atau nonislam syah-syah saja kan pakai nama itu”
sambung Maria. Hmmm,,, iya juga sih, lanjutku.
Saya merokok boleh, Dzul? Boleh aja
bang. Diluar ja bang, lanjut Maria. Samuel keluar kost, tinggal aku dan Maria.
Joseph juga sibuk mempersiapkan piring di dapur kecil kami untuk tempat makanan
tadi. Maria, saya boleh tanya duluan. Boleh, tutur Maria. Kenapa kamu pakai
kerudung? Hehe saya tanya balik ya, pernah tidak dzul melihat gambar Bunda
Maria tidak memakai kerudung? Oh,, saya tidak begitu memperhatikan itu memang.
Tapi setahu saya, bunda Maria memang identik dengan kerudung putihnya. Itu dia,
saya mau meniru Bunda Maria dzul, (sambil menundukkan kepalanya). Alkitab juga
mengharuskan ummat nashrani mengenakan Jilbab, hanya saja hanya sedikit sekali
yang mau memahami hukum yang satu ini. Dia mengambil kitab dari dalam tas
hitamnya lalu membaca Pasal Korintus 11:5-13 bunyinya seperti ini: Tetapi
tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak
berkerudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur
rambutnya.Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia
juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa
rambutnya digunting atau dicukur, maka HARUSLAH IA MENUDUNGI KEPALANYA. Sebab
laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan
kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki. Sebab
laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari
laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan
diciptakan karena laki-laki. Sebab itu, PEREMPUAN HARUS MEMAKAI TANDA WIBAWA DI
KEPALANYA oleh karena para malaikat. Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada
perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama
seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan
oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah. Pertimbangkanlah
sendiri: PATUTKAH PEREMPUAN BERDOA KEPADA ALLAH DENGAN KEPALA TIDAK
BERKERUDUNG?
Itulah alasan saya untuk mengenakan
jilbab ini. Saya diajarkan oleh para biarawati di GPI. Dan saya akan marah
kalau hak saya ini dilarang oleh orang lain, termasuk kamu. Saya mohon jangan
larang saya dzul pakai kain hitam ini. Ini bukan identitas Muslimah saja, ini
juga identitas ketaatan kepada Tuhan kami. Gak, saya bukan melarang. Maaf ya,
saya tidak ada maksud menyinggung kamu.
Dia kembali tersenyum lebar. Joseph
datang dengan celana potongnya. Silahkan dimakan, maaf cuma ini yang bisa kami
sediakan. Malulah sedikit Seph, ini semua bawaan Maria. Klaim punya sendiri.
Ahh kamu ini gak bisa basa basi dzul! Dasar batak KW. Apa hubungannya, tuturku. Orang batak itu cool, basa basinya
kental brayyy. Don’t you see that? iyalah saya ngalah lagi. Saya
keluar ya, ada urusan sama kawan di Batu Aji. Lho kok ninggalin kami, gak asyik
lho. Emang kamu pernah asyik, lanjutnya lagi. Lagian kan ini malamnya kamu.
Lama-lama aku tapok jidad botak mu itu baru tahu rasa, seph. Haha bye Maria.
Joseph keluar.
Maria mulai membuka catatan di buku
hitamnya. Saya ada banyak daftar pertanyaan untuk kamu. Tanya aja, selagi saya
mampu jawab hehe, sok pintar saya ini ya, kataku. Dia bertanya seputar Isa dan
Maria, dan saya jawab sebisa mungkin sesuai kuliafikasi keilmuan saya. Dia
bahkan hafal surah Maryam dan Ar-Rahman. Luar biasa,,, dia begitu tertarik
dengan surat yang dua itu, sampai bela-belaan untuk menghafalnya. Di ujung
pertanyaannya dia menanyakan pertanyaan yang cukup sulit buat saya. Dia
menghabisi saya tentang konsep Trinitas. Hampir tewas saya malam ini. Saya
punya pertanyaan terakhir malam ini untuk kamu, tapi jawabnya besok saja, gak
enak udah mulai larut. Abang juga pasti lama nungguin saya di luar. Apa
pertanyaannya, Maria? Bagaimana hukumnya pernikahan beda agama dalam pandangan
Islam dan Kristen? Ini ada injil sebagai sumber, kamu pegang aja. Gak usah,
jawabku aku juga punya di lemari, tapi karangn Lukas, lagian Joseph juga ada.
Iyalah, kami pulang ya. Saya jawab sekarang aja sebelum lupa mana tahu besok
susah jumpanya. Gak usah, aku minta akun sosmed kamu aja. Aduh saya gak punya,
saya mencoba berbohong. Yang ada cuma handphone jadul ini doang. Ya udah aku
minta nomor kamu ya. Minta sama Joseph aja ya, saya mencoba menghindar. Iya
deh. See you tomorrow. See you.
Subuh berikutnya pukul 04.28 A.M,
aku dikejutkan oleh suara Joseph dari sudut pintu. Dzul, “Maria pesan jangan
lupa shalat shubuh”! Aku tutup Qur’anku. Ehhh .... parah, gak mungkinlah saya
lupa dengan keawajiban sendiri. Ini hak Tuhan saya, bagaimanapun keadaannya
pasti akan saya laksanakan. Sampaikan ke dia, gak usah nasehati saya untuk
sesuatu yang wajib atas diri aku. Eleehhh,,, dia perhatian samamu dzul! Apalah
kamu ini seph. Mandi sana, atau saya yang duluan! Sipp,,, terus dia minta pin
sama akun twitter and facebookmu, aku kasih. Silahkan aja cari, akun saya
berbahasa arab, hanya orang-orang beriman yang mampu liat haha. Lagian saya
udah bilang ke dia kalau saya gak ada hape kecuali ini. Dia beranjak ke kamar
mandi, aku juga memutar lagu favorit kami berdua. “AKU PAPUA”. Tanah Papua
tanah yang kaya, Surga kecil jatuh ke Bumi. Seluas tanah, sebanyak batu, di
sana aku lahir. Bersama angin, bersama daun, aku dibesarkan. Hitam kulit
keriting rambut, aku papua.
Habis shalat ashaar handphone tua
saya berdering keras. Aku liat nomor baru, aku biarkan sampai mati. Itu memang yang
biasa saya lakukan pada nomor baru. Dia menelpon lagi, lalu aku angkat
“Zulkhoir’s speaking”, Assalamu alaikum. Dia gak jawab salam, It’s me
Maria Annisa. Kamu ada waktu untuk saya? Kalau ada, saya tunggu di taman kota
dekat Universitas Riau Kepulauan ya. Ok deh, saya ke sana sekarang. Bye...
tut... tutt...
Wahhh,,, saya nampak dari kejauhan
sedang membolak-balik Injil berwarna merah kehitaman. Hey you. What are you
doing? Baru pulang kuliah, sambungnya. Kamu ngambil master ya? Iya, ngambil
ekonomi, kebetulan masih ada waktu. Oh iya, saya mau menikah habis Natal.
Wau... aku sedikit salah tingkah. Kamu harus datang ya. Harus? Iya, kalau kamu
gak datang pernikahannya gak jadi. Kok gitu pula? Iya, kan calonnya kan kamu.
Apaan sih? Yang serius lah. Sama siapa Maria? Sama kamu, aku serius aku suka
sama kamu sejak dua bulan yang lalu. Joseph bercerita banyak tentang kamu. Aku terdiam, tanpa ada reaksi. Kenapa, kamu
gak suka sama aku? Aku sudah tanyakan ke Joseph kalau kamu belum punya calon,
dan kamu belum bisa move on dari gadis Sunda mu itu. Sudahlah dzul, dia udah
bahagia. Kamu cari juga dong kehidupan kamu. Aku tulus dzul. Kamu tahu apa
tentang saya. Dia gadis yang hebat Maria, aku sangat mencintainya. Bahkan aku
ragu kalau aku masih punya cinta, Maria. Aku ke Batam karena pelarian Maria,
ini bukan aku. Lagian kita beda keyakinan. Aku ini Islam Maria, kamu Katolik.
Apa kata manusia, apa kata orang tua, apa kata Tuhan Maria? Islam jelas-jelas
mengharamkan itu. Apa? Kamu jangan mengada-ngada. Buka Qur’anmu al-Maidah ayat
5. Buka bang! Aku hafal ayat itu Maria. Dia malah membuka qur’an dari tas
hitamnya. Ini bang! Bacakan terjemahannya untukku bang! Lalu aku baca dangan
pelan-pelan.
“Pada hari Ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan
kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga
kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu
Telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud
berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. barangsiapa yang kafir
sesudah beriman (Tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan
ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.”
Aku ini ahli kitab bang. Aku
termasuk di dalamnya. Jadikan aku istrimu bang!
Jangan dustai agamamu, jangan tutupi qur’anmu! Aku menjawab, ayat ini
maksudnya bukan seperti ini. Aku masih ada ayat lain dzul, saya ini bukan orang
bodoh. Aku mengajukan pertanyaan dua hari yang lalu itu ini yang saya
maksudkan. Tanpa abang jawabpun aku sudah tahu dari awal. Abang gak peka.
Mungkin ini alasan abang ditinggalkan dia. Apa? Kamu jangan sok tahu dengan hidup
saya. Kamu kenal saya baru empat hari yang lalu. Dia gak seperti yang kamu
pikirkan. Maaf bang, aku terlalu emosi, tolong bang nikahi saya selamatkan saya
bang! Saya gak bisa, kamu bisa bayangkan gak nasib anak-anak kita nanti. Nanti
mereka percaya sama siapa, ada yang milih katolik, ada yang milih Islam, atau
gak milih keduanya, mereka malah memilih jadi Atheis, Hindu atau Budha. Itu
yang saya takutkan Maria. Aku juga harus bilang apa sama orangtua saya, kakek
saya pendiri pondok pengajian. Kakek saya susah-susah cari Islam, tolong jangan
buat aku ragu lagi. Aku tidak menyuruhmu masuk kristen, dan aku tidak pernah
ada niat untuk itu. Dia mulai menangis. Aku mau masuk Islam bang, asalkan
nikahi saya. Saya gak bisa, saya gak mau dituntut orangtua mu. Orang tuaku
sudah meninggal 2 tahun lalu. Hanya Ayah yang aku punya, dan dia tidak pernah
tahu nasib saya sejak Ibu meninggal. Dalam Islam tidak ada paksaan dalam
beragama Maria, dan Islam gak kekurangan ummat. Abang kejam, abang gak mau
menolong orang yang sedang sekarat imannya. Abang bukan Islam, Islam itu tidak
pernah membiarkan orang mati dalam keadaan kehampaan. Saya minta tolong bang.
Tanggal 24 Desember saya berangkat ke Tapanuli Utara. Saya tunggu abang sebelum
tanggal itu. _______......_______... Saya pulang duluan bang, assalamu alaikum.
Wa’alaikum salam jawabku dengan sayu.
Aku pulang dengan wajah pasi. Aku
tak tahu harus bilang apa ke Joseph. Dia pasti akan marah besar kalau tahu
masalah ini. Rasanya tamparan panas matahari tepat di di wajah saya. Maafkan
aku ya Rabb! Aku tidak bisa sanggup membuat keputusan secepat itu. Dan sekarang
sudah tanggal 15 Desember. Tersisa 9 hari lagi. Guide me to the right choice!
Atiinil hidayah! Bismillah!
Distrik XX, 15
Des. 15
ZKS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar